LAPORAN PRAKTIKUM
TRANSPORT MEMBRAN
Mata Kuliah Biologi Umum
Dosen
Pembimbing : Dra. Fida Rachmadiarti, M.Kes.
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
2016-B
Nama Kelompok :
1. Andrey
Restu Wicaksono (16030214019)
2. Atiek
Sulistyowati (16030214006)
3. Diah
Kartikasari (16030214018)
4. Lailatul
Maghfiroh (16030214003)
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA
2016
Kata
Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas pemberian rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pembuatan
laporan hasil pengamatan yang berjudul “Transport Membran” dengan
sebaik-baiknya.
Terima
kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan ini,
terutama kepada Ibu Dra. Fida Rachmadiarti, M.Kes. selaku dosen mata
kuliah Biologi Umum, baik secara moral maupun material.
Adapun
tujuan kami menyelesaikan pembuatan laporan ini adalah untuk mendeskripsikan
mekanisme transport membran dan mendeskripsikan bagaimana ukuran zat terlarut
dan konsentrasi molar larutan mempengaruhi proses difusi.
Kami
berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka untuk memahami perbedaan antara
sel hewan dan sel tumbuhan secara kritis. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan hasil pengamatan yang telah kami buat.
Semoga laporan hasil pengamatan ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Surabaya, 13 September 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ..............................................................................................
i
Daftar
Isi ..........................................................................................................
ii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
....................................................................................... 1
1.2 Tujuan
.....................................................................................................
1
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1 Transport zat melalui membran sel
........................................................ 2
2.1.1 Difusi
.......................................................................................
2
2.1.2
Osmosis.....................................................................................2
2.1.3 Difusi
Terfasilitasi.....................................................................4
2.1.4 Pompa Natrium-kalium.............................................................5
2.1.5 Endositosis dan
Eksositosis.......................................................6
BAB
3 METODE ILMIAH
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................
7
3.2 Lokasi dan Waktu
..................................................................................
7
3.3 Alat dan Bahan Percobaan
..................................................................... 7
3.4 Prosedur Percobaan
................................................................................
7
BAB
4 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil
pengamatan...........................................................................
8
4.2 Pembahasan
.............................................................................................
9
BAB
5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan..............................................................................................
10
5.2 Saran
.......................................................................................................
10
Daftar
Pustaka
.......................................................................................................... 11
Lampiran
...................................................................................................................
12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
sel hewan pergerakan air ke dalam dan ke luar sel dipengaruhi oleh konsentrasi
molekul terlarut pada setiap membran selnya. Pergerakan air keluar sel
menyebabkan sel mengkerut, sedangkan pergerakan air ke dalam sel menyebabkan sel menggembung atau bahkanpecah.
Sel tanaman memiliki dinding sel yang
dapat mencegah agar sel tidak pecah, tetapi tekanan di dalam sel akan meningkat
sehingga akan mempengaruhi proses osmosis. Ketika tekanan di dalam sel tinggi,
pergerakan air ke dalam sel tidak terjadi lagi meskipun sel masih memiliki
konsentrasi molekul terlarut yang lebih tinggi dibandingkan dengan air.
Dalam percobaan ini akan diselidiki
bagaimana pergerakan air melalui membran semi permeabel.
1.2
Tujuan
·
Mendeskripsikan mekanisme
transport membran
·
Mendeskripsikan bagaimana
ukuran zat terlarut dan konsentrasi molar larutan mempengaruhi proses difusi
1.3
Rumusan
Masalah
1) Bagaimana
Mekanisme Transport Membran ?
2) Bagaimana
pengaruh ukuran zat terlarut dan konsentrasi molar larutan terhadap proses
difusi ?
1
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 TRANSPORT ZAT
MELALUI MEMBRAN SEL
Fungsi
membran sel yaitu sebagai pengatur keluar masuknya zat. Pengaturan itu
memungkinkan sel untuk memperoleh pH yang sesuai, dan konsentrasi zat-zat
menjadi terkendali. Sel dapat memperoleh masukan zat-zat dan ion-ion yang
diperlukan serta membuang zt-zat yang tidak diperlukan. Semua pengontrolan
bergantung pada transpor membran.
Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi sel.
Perpindahan molekul terjadi secara spontan dari konsentrasi timggi ke
konsentrasi rendah. Contoh transpor pasif adalah difusi,osmosis dan difusi terfasilitasi.
Transpor Aktif adalah
perpidahan molekul atau ion dengan menggunakan energi dari sel itu. Perpndahan
tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi. Contoh transpor aktif
adalah pompa Natrium
(Na+)-Kalium (K+), endositosis dan eksositosis.
2.1.1
Difusi
Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsentrasi (kerapatan) tinggi
ke konsentrasi rendah tanpa menggunakan energi. Secara spontan , molekul zat
dapat berdifusi hingga mencapai kerapatan molekul yang sama dalam satu ruangan.
Sebagai contoh, setetes parfum akan menyebar ke seluruh ruangan (difusi gas di
dalam media udara). Molekul dari sesendok gula akan menyebar ke seluruh volume
air di gelas meskipun tanpa diaduk (difusi zat padat di dalam medium air),
hingga kerapatan zat tersebut merata.
|
|
|
Difusi
2.1.2 .Osmosis
Osmosis adalah perpindahan ion
atau molekul air (dari kerapatan tinggi ke kerapatan rendah dengan melewati
satu membran. Osmosis dapat didefinisikan sebagai difusi lewat membran.
2
|
|
|
a.
Zat yang dapat melewati membran sel
Membran sel dapat dilewati zat-zat tertentu yang larut
dalam lemak, zat-zat yang tidak bermutan (netral), molekul-molekul asam amino,
asam lemak gliserol, gula sederhana dan air. Zat-zat yang merupakan elektrolit
lemah lebih cepat melewati membran daripada elektrolit kuat. Contoh zat-zat
yang dapat melewati membran dari yang paling cepat hingga yang paling lambat
antara lain Na+,K+,Cl-,Ca2+,Mg2+,So42-,Fe3+. Membran sel bersifat permeabel terhadap zat-zat yang mudah melewati
membran.
b.
Zat yang tidak dapat melewati membran
Membarn sel tidak dapat melewati zat-zat gula (seperti pati,
polisakarida), protein, dan zat-zat yang mudah larut dalam pelarut organik.
Membran bersifat impermeabel terhadap zat-zat tersebut. Oleh karena membran
permeabel terhadap zat tertentu dan impermeabel terhadap zat yang lain maka
dikatakan bersifat semipermeabel atau
selektif permeabel.
Proses osmosis berlangsung dari larutan yang memiliki potensial air
tertimggi menuju larutan dengan potensial air rendah. Potensial air adalah
kemampuan air untuk berdifusi, yang nilainya dalam satuan tekanan. Sesuai
kesepakatan, potensial air (PA0 air murni adalah 0 atmosfer. Besarnya PA
larutan berantung pada potensial osmotik (PO) dan potensial tekanan (PT).
Persamaannya :
PA=PO+PT
PO = Potensial osmotik PA
= Potensial Air PT =
Potensial tekanan
Potensial
tekanan satu larutan adalah tambahan tekanan yang dapat meningkatkan nilai
potensial airnya. Pada tumbuhan, potensial tekanan diperoleh dalam bentuk
turgor. Tekanan turgor adalah tekanan balik dari dinding sel terhadap tekanan
air isi sel. Tekanan turgor menyebabkan tumbuhan menjadi tegak dan segar.
Sebaliknya jika tekanan turgor berkurang maka tumbuhan menjadi lemas dan layu.
3
Potensial
osmotik lebih menunjukkan satu status larutan, yaitu menunjukkan perbandingan
antara pelarut dengan zat terlarut yang dinyatakan dalam satuan energi. Potensial
osmotik menunjukkan kecenderungan
molekul air pada satu larutan untuk melakukan osmosis berdasarkan
konsentrasi molekulnya.
Plasmolisis,
Krenasi dan Lisis
Adakalanya proses
osmosis dapat membahayakan sel. Sel yang mempunyai sitoplasma pekat (berarti
kerapatan airnya rendah), jika berada dalam kondisi hipotenis akan kemasukan
air hingga tekanan osmosis sel menjadi tinggi. Keadaan yang demikian dapat
memecah sel tersebut. Dikatakan bahwa sel tersebut mengalami lisis, yaitu hancurnya sel karena rusak
atau robeknya membran plasma.
Sebaliknya, jika sel
dimasukkan ke dalam larutan hipotesis dibandingkan sel tersebut, maka air di
dalam sel akan mengalami osmosis keluar sel. Sel akan mengalami krenasi yang menyebabkan sel berkeriput
karena kekurangan air. Kondisi yang ideal bagi sel jika konsentrasi larutan
sitoplasma seimbang dengan lingkungan sekitarnya (isotonis).
Pada sel
tumbuhan, keluarnya air dari sitoplasma ke luar sel menyebabkan volume
sitoplasma mengecil. Akibatnya membran plasma akan terlepas dari dinding sel.
Peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel disebut plasmolisis. Plasmolisis yang parah dapat menyebabkan kematian sel.
2.1.3 Difusi Terfasilitasi
Difusi dapat diperlancar oleh adanya protein pada membran sel. Misalnya
pada waktu proses pengangkutan glukosa dari lumen usus ke dalam pembuluh darah
usus halus. Glukosa tidak dapat berdifusi secara spontan tanpa adanya protein
pembawa. Prosesnya adalah mula-mula molekul glukosa diikat oleh protein yang
ada di membran sel. Selanjutnya, protein pambawa mengalami perubahan informasi
dan mendorong glukosa ke dalam sel. Setelah itu protein pembawa kembali pada
informasi semula. Protein pembawa juga dapat membuat celah yang dapat dilalui
oleh ion-ion seperti Cl- dan Ca2+ .
4
2.1.4 Pompa Natrium-Kalium
Pompa Natrium-Kalium tergolong transpor aktif, artinya
sel mengeluarkan energi untuk mengangkat kedua macam ion tersebut. Pada
transpor aktif, zat dapat berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Jadi perjalanan
zat dapat melawan gradien konsentrasi atau gradien kadar. Ion K+ penting untuk mempertahankan kegitan listrik di dalam sel saraf dan memacu
transpor aktif zat-zat lain. Meskipun ion Na+ dan K+ dapat melewati membran. Karena
kebutuhan akan ion K+ sangat tinggi, maka diperlukan lagi pemasukan
ion K+ ke dalam sl dan pengeluaran ion Na+ ke luar sel.
Konsentrasi ion K+ di luar sl rendah dan di dalam sel tinggi.
Sebalikanya konsentrasi ion Na+ di dalam sel rendah dan di luar sel
tinggi.
Jika terjadi proses osmosis, maka akan terjadi osmosis
ion K+ dari dalam sel keluar dan osmosis ion Na+ dari luar ke dalam sel. Akan tetapi
yang terjadi bukanlah osmosis, karena pergerakan ion-ion itu melawan gradien
kadar, yaitu terjadi pemasukan ion K+ dan
Pengeluaran ion Na+ . Untuk melawan gradien kadar itu diperlukan
energi ATP denagn pertolongan protein yang terdapat pada membran. Setiap
pengeluaran 3 ion Na+ dari dalam sel diimbangi denagn pemasukan 2
ion K+ dari luar sel. Karena itu disebut pompa natrium-kalium.
Pompa Natrium-Kalium
Zat-zat yang dapat diangkat secara transpor aktif
misalnya gula, protein, enzim dan hormon.
5
2.1.5 Endositosis
dan Eksositosis
Endositesis
artinya pemasukan zat ke dalam sel, sedangkan eksositosis artinya pengeluaran
zat dari dalam sel. Proses ini tergolong transpor aktif dan melawan dapat
gradien kadar (dari konsentrasi rendah ke tinggi). Contoh endositosis adalah
fagositosis dan pinositosis.
Fagositosis (phagein=memakan;
chytos=sel) adalah proses dimana membran plasma satu sel membungkus
partikel dari lingkungan luar dan menangkapnya dalam satu vakuola makanan.
Vakuola kemudian menyatu dengan lisosom membentuk heterofagosom dan lisosom
mencerna atau menhancurkan partikel tersebut. Contohnya sel darah putih dan sel
amoeba yang memakan bakteri. Sel-sel tersebut membungkus bakteri dan
menangkapnya dalam satu vakuola makanan. Selanjutnya bakteri akan dicena oleh
lisosom. Pinositosis
(pinein=meminum) adalah peristiwa sel memakan zat cair dan membentuk sebuah
gelembung. Cairan yang dimakan itu dimasukkan dalam vakuola makanan.
|
|
Endositosis
dan Eksositosis
|
Contoh eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari
dalam sel-sel kelenjar pada peristiwa sekresi, misalnya sel-sel penghasil enzim
pencernaan mensekresiakn enzim itu ke dalam usus. Caranya adalah enzim-enzim
itu dimasukkan ke dalam vakuol atau kantong-kantong kecil. Vakuola itu menuju
tepi sel membrannya membuka dan mengeluarkan enzim-enzim tersebut dari sel.
Proses pengeluaran enzim ini memerlukan energi sel. Tanpa energi, sel tidak
akan mampu mengeluakannya.
6
BAB III
METODE ILMIAH
3.1
Jenis Praktikum
Transport
Membran
3.2
Lokasi dan Waktu
Lab.
Biologi Gedung C10 Universitas Negeri Surabaya hari Rabu, 07 September 2016
pukul 07:00-09:40 WIB.
3.3 Alat dan Bahan Percobaan
Alat
·
Beaker
·
Mistar
·
Stopwatch
Bahan
·
Kentang
·
Larutan
sukrosa
·
Air
3.4 Prosedur Percobaan
1)
Masukkan
100 ml larutan sukrosa dan air ke dalam beaker. Buat 4 irisan kentang berbentuk
silinder dengan ukuran yang sama.
2)
Ukur
panjang 4 ukuran kentang secara bersama-sama dan catatlah hasilnya
3)
Masukkan
kentang ke dalam beakre yang telah diisi dengan larutan yang telah disiapkan,
diamkan selama 10 menit
4)
Pindahkan
kentang dari beaker dan dengan hati-hati hilangkan tetesan sisa larutan pada
kentang
5)
Ukur
panjang dari 4 silinder kentang dan catatlah hasilnya
6)
Hitung
% perubahan panjangnya
7
BAB
IV
HASIL
PERCOAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 TABEL HASIL
PERCOBAAN
|
|
Panjang Awal
|
Rata-Rata
|
Panjang
akhir
|
Rata-Rata
|
Selisih
|
Rata-Rata
|
Persentase
%
|
|
0,2
|
3
|
3
|
3,1
|
3,125
|
0,1
|
0,125
|
10%
|
|
3
|
3,2
|
0,2
|
20%
|
|
3
|
3,1
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
3,1
|
0,1
|
10%
|
|
0,2
|
3
|
3
|
3,1
|
3,125
|
0,1
|
0,125
|
10%
|
|
3
|
3,1
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
3,2
|
0,2
|
20%
|
|
3
|
3,1
|
0,1
|
10%
|
|
0,4
|
3
|
3
|
2,7
|
2,8
|
0,3
|
0,2
|
30%
|
|
3
|
2,7
|
0,3
|
30%
|
|
3
|
2,9
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
2,9
|
0,1
|
10%
|
|
0,4
|
3
|
3
|
2,7
|
2,8
|
0,3
|
0,2
|
30%
|
|
3
|
2,7
|
0,3
|
30%
|
|
3
|
2,9
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
2,9
|
0,1
|
10%
|
|
0,6
|
3
|
3
|
2,9
|
3,1
|
0,1
|
0,2
|
10%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
3
|
3,3
|
0,3
|
30%
|
|
3
|
3,3
|
0,3
|
30%
|
|
0,6
|
3
|
3
|
3
|
3,15
|
0
|
0,15
|
0%
|
|
3
|
2,9
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
3,3
|
0,3
|
30%
|
|
3
|
3,3
|
0,3
|
30%
|
|
0,8
|
3
|
3
|
2,9
|
2,975
|
0,1
|
0,075
|
10%
|
|
3
|
3,1
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
3,1
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
3,05
|
0,05
|
5%
|
|
0,8
|
3
|
3
|
3,05
|
3
|
0,05
|
0,05
|
5%
|
|
3
|
2,9
|
0,1
|
10%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
3
|
2,95
|
0,05
|
0%
|
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
0
|
0
|
0%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
|
|
|
8
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
1
|
3
|
3
|
3
|
3
|
0
|
0
|
0%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
Aquades
1
|
3
|
3
|
3,2
|
3,1
|
0,2
|
0,1
|
20%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
3
|
3,2
|
0,2
|
20%
|
|
3
|
3
|
0
|
0%
|
|
Aquades
2
|
3
|
3
|
3
|
3,05
|
0
|
0,05
|
0%
|
|
3
|
3,2
|
0,2
|
20%
|
|
3
|
3,2
|
0,2
|
20%
|
|
3
|
3,1
|
0,1
|
10%
|
4.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan
ini kita akan menyelidiki bagaimana ukuran zat terlarut (kentang) dan
konsentrasi molar larutan mempengaruhi proses difusi. Pertama-tama potong 4
kentang berbentuk silinder dengan ukuran yang sama yaitu 3 cm. Setelah itu
masukkan kentang ke dalam larutan beaker dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,2 M
; 0,4 M ; 0.6 M ; 0,8 M ; 1 M dan
terakhir masukkan ke dalam aquades masing-masing diamkan selama 10 menit.
Setelah dimasukkan ke
dalam larutan yang konsentrasimya 0,2 M dapat dilihat bahwa panjang ukuran
kentang mengalami penambahan rata-rata 0,125 cm. Sebaliknya setelah dimasukkan
ke dalam larutan dengan konsentrasi 0,4 M ukuran kentang menyusut menglami
pengurangan panjang 0,2 cm. Dan pada konsentrasi 0,6 M ukuran kentang mengalami
pertambahan panjang 0,15-0,20 cm.
Pada konsentrasi 0,8
pertambahan panjang semakin kecil yaitu sekitar 0,05-0,75 cm. Namun saat
Konsentrasi larutannya adalah 1 M ukuran kentang stabil dan tidak terjadi
perubahan. Hal ini karena konsentrasi larutan beaker seimbang dengan
konsentrasi larutan sitoplasma (isotonis)
Setelah kentang dimasukkan
ke dalam larutan beaker yang berisi aquades perubahan panjang terjadi sekitar
0,05-0,1 cm. Perubahan yang lebih kecil daripada larutan beaker dengan
konsentrasi tertentu.
9
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pada
percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi molar larutan akan mempengaruhi ukuran zat terlarut dalam
proses difusi.
Perubahan ukuran panjang zat terlarut sangat dipengaruhi dengan konsentrasi
larutan beaker dan konsentrasi larutan sitoplasma sel. Pada sel kentang besar
larutan beaker dan larutan sitoplasma sel akan mengalami keseimbangan pada saat
konsentrasi larutan 1 M. Saat konsentrasi tersebut larutan bersifat isotonis.
5.2
Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber–sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri,
Istamar. 2007. Biologi 2A untuk SMA/MA
kelas XI Semester 1. Jakarta : Eelangga
http://www.softilmu.com/2014/08/pengertian-dan-macam-macam-transport-zat.html
11