Thursday, October 20, 2016

Matrika Cinta



..MATRIKA CINTA..
Cinta bukan undefined term yang tak bisa didefinisikan
Cinta bukan axioma yang tak butuh pembuktian
Tetapi cinta bagaikan theorema yang menyatakan hubungan perasaan dua insan yang saling terkait

Cinta adalah objek abstrak yang dapat dinyatakan dalam suatu fungsi
Fungsi merupakan himpunan pasangan berurut yang menghubungkan perasaan seseorang dengan orang lain

Fungsi dikatakan kontinu jika f(c)=ada ,lim x->c f (x)=ada ,dan f(c)=lim x->c f (x)
Seperti halnya cinta akan kontinu jika dua insan memiliki perasaaan yang sama dan tidak saling bertentangan

Cinta yang dipisahkan oleh jarak , bagaikan derevatif  yang merupakan perubahan jarak terhadap waktu
Cinta yang bertepuk sebelah tangan , bagaikan limit yang berdampingan tapi tak bisa bersatu

Friday, October 14, 2016

praktikum genetika



LAPORAN PRAKTIKUM
TRANSPORT MEMBRAN


Mata Kuliah Biologi Umum
Dosen Pembimbing : Dra. Fida Rachmadiarti, M.Kes.

Disusun oleh         :
KELOMPOK 1
2016-B
Nama Kelompok :
1.     Andrey Restu Wicaksono              (16030214019)
2.     Atiek Sulistyowati                        (16030214006)
3.     Diah Kartikasari                           (16030214018)
4.     Lailatul Maghfiroh                        (16030214003)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016


Kata Pengantar

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas pemberian rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pembuatan laporan hasil pengamatan yang berjudul “Transport Membran” dengan sebaik-baiknya.

            Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini,  terutama kepada Ibu Dra. Fida Rachmadiarti, M.Kes. selaku dosen mata kuliah Biologi Umum, baik secara moral maupun material.

            Adapun tujuan kami menyelesaikan pembuatan laporan ini adalah untuk mendeskripsikan mekanisme transport membran dan mendeskripsikan bagaimana ukuran zat terlarut dan konsentrasi molar larutan mempengaruhi proses difusi.

Kami berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka untuk memahami perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan secara kritis. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil pengamatan yang telah kami buat.

Semoga laporan hasil pengamatan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Surabaya, 13 September 2016


Penyusun


DAFTAR ISI
Kata Pengantar            .............................................................................................. i
Daftar Isi         .......................................................................................................... ii
BAB 1   PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang .......................................................................................  1
1.2   Tujuan ..................................................................................................... 1
1.3   Rumusan Masalah ..................................................................................  1

BAB 2   KAJIAN TEORI
            2.1 Transport zat melalui membran sel ........................................................ 2
                        2.1.1 Difusi ....................................................................................... 2
                        2.1.2 Osmosis.....................................................................................2
                        2.1.3 Difusi Terfasilitasi.....................................................................4
                        2.1.4 Pompa Natrium-kalium.............................................................5
                        2.1.5 Endositosis dan Eksositosis.......................................................6

BAB 3  METODE ILMIAH
            3.1 Jenis Penelitian........................................................................................ 7
            3.2 Lokasi dan Waktu  .................................................................................. 7
            3.3 Alat dan Bahan Percobaan ..................................................................... 7
            3.4 Prosedur Percobaan ................................................................................ 7

BAB 4   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
            4.1 Tabel Hasil pengamatan........................................................................... 8
            4.2 Pembahasan ............................................................................................. 9

BAB 5 PENUTUP
            5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 10
            5.2 Saran ....................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ..........................................................................................................  11
Lampiran ................................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada sel hewan pergerakan air ke dalam dan ke luar sel dipengaruhi oleh konsentrasi molekul terlarut pada setiap membran selnya. Pergerakan air keluar sel menyebabkan sel mengkerut, sedangkan pergerakan air ke dalam sel menyebabkan sel menggembung atau bahkanpecah.
      Sel tanaman memiliki dinding sel yang dapat mencegah agar sel tidak pecah, tetapi tekanan di dalam sel akan meningkat sehingga akan mempengaruhi proses osmosis. Ketika tekanan di dalam sel tinggi, pergerakan air ke dalam sel tidak terjadi lagi meskipun sel masih memiliki konsentrasi molekul terlarut yang lebih tinggi dibandingkan dengan air.
      Dalam percobaan ini akan diselidiki bagaimana pergerakan air melalui membran semi permeabel.
1.2  Tujuan

·         Mendeskripsikan mekanisme transport membran
·         Mendeskripsikan bagaimana ukuran zat terlarut dan konsentrasi molar larutan mempengaruhi proses difusi

1.3  Rumusan Masalah

1)      Bagaimana Mekanisme Transport Membran ?
2)      Bagaimana pengaruh ukuran zat terlarut dan konsentrasi molar larutan terhadap proses difusi ?





1

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 TRANSPORT ZAT MELALUI MEMBRAN SEL

            Fungsi membran sel yaitu sebagai pengatur keluar masuknya zat. Pengaturan itu memungkinkan sel untuk memperoleh pH yang sesuai, dan konsentrasi zat-zat menjadi terkendali. Sel dapat memperoleh masukan zat-zat dan ion-ion yang diperlukan serta membuang zt-zat yang tidak diperlukan. Semua pengontrolan bergantung pada transpor membran.

            Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan energi sel. Perpindahan molekul terjadi secara spontan dari konsentrasi timggi ke konsentrasi rendah. Contoh transpor pasif adalah difusi,osmosis dan difusi terfasilitasi.

            Transpor Aktif adalah perpidahan molekul atau ion dengan menggunakan energi dari sel itu. Perpndahan tersebut dapat terjadi meskipun menentang konsentrasi. Contoh transpor aktif adalah pompa Natrium (Na+)-Kalium (K+), endositosis dan eksositosis.

2.1.1      Difusi
Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsentrasi (kerapatan) tinggi ke konsentrasi rendah tanpa menggunakan energi. Secara spontan , molekul zat dapat berdifusi hingga mencapai kerapatan molekul yang sama dalam satu ruangan. Sebagai contoh, setetes parfum akan menyebar ke seluruh ruangan (difusi gas di dalam media udara). Molekul dari sesendok gula akan menyebar ke seluruh volume air di gelas meskipun tanpa diaduk (difusi zat padat di dalam medium air), hingga kerapatan zat tersebut merata.

http://bisakimiadotcom.files.wordpress.com/2014/01/difusi.jpg
Difusi
2.1.2 .Osmosis
Osmosis adalah perpindahan ion atau molekul air (dari kerapatan tinggi ke kerapatan rendah dengan melewati satu membran. Osmosis dapat didefinisikan sebagai difusi lewat membran.
2

http://www.bbc.co.uk/bang/images/446x251/osmosis.jpg
a.      Zat yang dapat melewati membran sel
Membran sel dapat dilewati zat-zat tertentu yang larut dalam lemak, zat-zat yang tidak bermutan (netral), molekul-molekul asam amino, asam lemak gliserol, gula sederhana dan air. Zat-zat yang merupakan elektrolit lemah lebih cepat melewati membran daripada elektrolit kuat. Contoh zat-zat yang dapat melewati membran dari yang paling cepat hingga yang paling lambat antara lain Na+,K+,Cl-,Ca2+,Mg2+,So42-,Fe3+. Membran sel bersifat permeabel terhadap zat-zat yang mudah melewati membran.

b.      Zat yang tidak dapat melewati membran

Membarn sel tidak dapat melewati zat-zat gula (seperti pati, polisakarida), protein, dan zat-zat yang mudah larut dalam pelarut organik. Membran bersifat impermeabel terhadap zat-zat tersebut. Oleh karena membran permeabel terhadap zat tertentu dan impermeabel terhadap zat yang lain maka dikatakan bersifat semipermeabel atau selektif permeabel.
Proses osmosis berlangsung dari larutan yang memiliki potensial air tertimggi menuju larutan dengan potensial air rendah. Potensial air adalah kemampuan air untuk berdifusi, yang nilainya dalam satuan tekanan. Sesuai kesepakatan, potensial air (PA0 air murni adalah 0 atmosfer. Besarnya PA larutan berantung pada potensial osmotik (PO) dan potensial tekanan (PT).
Persamaannya :
PA=PO+PT
PO = Potensial osmotik                      PA = Potensial Air                  PT = Potensial tekanan
            Potensial tekanan satu larutan adalah tambahan tekanan yang dapat meningkatkan nilai potensial airnya. Pada tumbuhan, potensial tekanan diperoleh dalam bentuk turgor. Tekanan turgor adalah tekanan balik dari dinding sel terhadap tekanan air isi sel. Tekanan turgor menyebabkan tumbuhan menjadi tegak dan segar. Sebaliknya jika tekanan turgor berkurang maka tumbuhan menjadi lemas dan layu.
3
            Potensial osmotik lebih menunjukkan satu status larutan, yaitu menunjukkan perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut yang dinyatakan dalam satuan energi. Potensial osmotik menunjukkan kecenderungan  molekul air pada satu larutan untuk melakukan osmosis berdasarkan konsentrasi molekulnya.
            Plasmolisis, Krenasi dan Lisis
Adakalanya proses osmosis dapat membahayakan sel. Sel yang mempunyai sitoplasma pekat (berarti kerapatan airnya rendah), jika berada dalam kondisi hipotenis akan kemasukan air hingga tekanan osmosis sel menjadi tinggi. Keadaan yang demikian dapat memecah sel tersebut. Dikatakan bahwa sel tersebut mengalami lisis, yaitu hancurnya sel karena rusak atau robeknya membran plasma.
            Sebaliknya, jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipotesis dibandingkan sel tersebut, maka air di dalam sel akan mengalami osmosis keluar sel. Sel akan mengalami krenasi yang menyebabkan sel berkeriput karena kekurangan air. Kondisi yang ideal bagi sel jika konsentrasi larutan sitoplasma seimbang dengan lingkungan sekitarnya (isotonis).
            Pada sel tumbuhan, keluarnya air dari sitoplasma ke luar sel menyebabkan volume sitoplasma mengecil. Akibatnya membran plasma akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa lepasnya membran plasma dari dinding sel disebut plasmolisis. Plasmolisis yang parah dapat menyebabkan kematian sel.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyYspL-c4rdND0GKRcisKl_Chj2vAzR97yfppVxQRlXV03MB3H_s4_4NU-RlkdYZH0TSnqu9LrfrQn9tzALjxXEKItMfbo5ftR9LL9YE9pmGQnWre6bMCRx0iXlnj74fKEnWxSiIrA9YdU/s1600/Difusi%C3%B3n+de+agua+a+trav%C3%A9s+de+la+membrana,+osmosis.png

2.1.3 Difusi Terfasilitasi

            Difusi dapat diperlancar oleh adanya protein pada membran sel. Misalnya pada waktu proses pengangkutan glukosa dari lumen usus ke dalam pembuluh darah usus halus. Glukosa tidak dapat berdifusi secara spontan tanpa adanya protein pembawa. Prosesnya adalah mula-mula molekul glukosa diikat oleh protein yang ada di membran sel. Selanjutnya, protein pambawa mengalami perubahan informasi dan mendorong glukosa ke dalam sel. Setelah itu protein pembawa kembali pada informasi semula. Protein pembawa juga dapat membuat celah yang dapat dilalui oleh ion-ion seperti Cl-  dan Ca2+ .

4
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6b/Blausen_0394_Facilitated_Diffusion.png
Difusi Terfasilitasi
2.1.4 Pompa Natrium-Kalium

Pompa Natrium-Kalium tergolong transpor aktif, artinya sel mengeluarkan energi untuk mengangkat kedua macam ion tersebut. Pada transpor aktif, zat dapat berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Jadi perjalanan zat dapat melawan gradien konsentrasi atau gradien kadar. Ion K+ penting untuk mempertahankan kegitan listrik di dalam sel saraf dan memacu transpor aktif zat-zat lain. Meskipun ion Na+  dan K+  dapat melewati membran. Karena kebutuhan akan ion K+ sangat tinggi, maka diperlukan lagi pemasukan ion K+ ke dalam sl dan pengeluaran ion Na+ ke luar sel. Konsentrasi ion K+ di luar sl rendah dan di dalam sel tinggi. Sebalikanya konsentrasi ion Na+ di dalam sel rendah dan di luar sel tinggi.
Jika terjadi proses osmosis, maka akan terjadi osmosis ion K+ dari dalam sel keluar dan osmosis ion Na+  dari luar ke dalam sel. Akan tetapi yang terjadi bukanlah osmosis, karena pergerakan ion-ion itu melawan gradien kadar, yaitu terjadi pemasukan ion K+ dan Pengeluaran ion Na+ . Untuk melawan gradien kadar itu diperlukan energi ATP denagn pertolongan protein yang terdapat pada membran. Setiap pengeluaran 3 ion Na+ dari dalam sel diimbangi denagn pemasukan 2 ion K+ dari luar sel. Karena itu disebut pompa natrium-kalium.
http://www.lionden.com/graphics/AP/Na-K-pump.gif
Pompa Natrium-Kalium
Zat-zat yang dapat diangkat secara transpor aktif misalnya gula, protein, enzim dan hormon.
5
2.1.5  Endositosis dan Eksositosis

            Endositesis artinya pemasukan zat ke dalam sel, sedangkan eksositosis artinya pengeluaran zat dari dalam sel. Proses ini tergolong transpor aktif dan melawan dapat gradien kadar (dari konsentrasi rendah ke tinggi). Contoh endositosis adalah fagositosis dan pinositosis.
            Fagositosis (phagein=memakan; chytos=sel) adalah proses dimana membran plasma satu sel membungkus partikel dari lingkungan luar dan menangkapnya dalam satu vakuola makanan. Vakuola kemudian menyatu dengan lisosom membentuk heterofagosom dan lisosom mencerna atau menhancurkan partikel tersebut. Contohnya sel darah putih dan sel amoeba yang memakan bakteri. Sel-sel tersebut membungkus bakteri dan menangkapnya dalam satu vakuola makanan. Selanjutnya bakteri akan dicena oleh lisosom. Pinositosis (pinein=meminum) adalah peristiwa sel memakan zat cair dan membentuk sebuah gelembung. Cairan yang dimakan itu dimasukkan dalam vakuola makanan.
http://fog.ccsf.edu/%7Emmalacho/physio/oll/Lesson4/images/6Slide23.GIF

Endositosis dan Eksositosis
Contoh eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel-sel kelenjar pada peristiwa sekresi, misalnya sel-sel penghasil enzim pencernaan mensekresiakn enzim itu ke dalam usus. Caranya adalah enzim-enzim itu dimasukkan ke dalam vakuol atau kantong-kantong kecil. Vakuola itu menuju tepi sel membrannya membuka dan mengeluarkan enzim-enzim tersebut dari sel. Proses pengeluaran enzim ini memerlukan energi sel. Tanpa energi, sel tidak akan mampu mengeluakannya.




6

BAB III
METODE ILMIAH
3.1 Jenis Praktikum
Transport Membran
3.2 Lokasi dan Waktu
Lab. Biologi Gedung C10 Universitas Negeri Surabaya hari Rabu, 07 September 2016 pukul 07:00-09:40 WIB.
3.3  Alat dan Bahan Percobaan
Alat
·         Beaker
·         Mistar
·         Stopwatch
Bahan
·         Kentang
·         Larutan sukrosa
·         Air
3.4  Prosedur Percobaan
1)      Masukkan 100 ml larutan sukrosa dan air ke dalam beaker. Buat 4 irisan kentang berbentuk silinder dengan ukuran yang sama.
2)      Ukur panjang 4 ukuran kentang secara bersama-sama dan catatlah hasilnya
3)      Masukkan kentang ke dalam beakre yang telah diisi dengan larutan yang telah disiapkan, diamkan selama 10 menit
4)      Pindahkan kentang dari beaker dan dengan hati-hati hilangkan tetesan sisa larutan pada kentang
5)      Ukur panjang dari 4 silinder kentang dan catatlah hasilnya
6)      Hitung % perubahan panjangnya





7
BAB IV
HASIL PERCOAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 TABEL HASIL PERCOBAAN

Panjang Awal
Rata-Rata
Panjang akhir
Rata-Rata
Selisih
Rata-Rata
Persentase %
0,2
3
3
3,1
3,125
0,1
0,125
10%
3
3,2
0,2
20%
3
3,1
0,1
10%
3
3,1
0,1
10%
0,2
3
3
3,1
3,125
0,1
0,125
10%
3
3,1
0,1
10%
3
3,2
0,2
20%
3
3,1
0,1
10%
0,4
3
3
2,7
2,8
0,3
0,2
30%
3
2,7
0,3
30%
3
2,9
0,1
10%
3
2,9
0,1
10%
0,4
3
3
2,7
2,8
0,3
0,2
30%
3
2,7
0,3
30%
3
2,9
0,1
10%
3
2,9
0,1
10%
0,6
3
3
2,9
3,1
0,1
0,2
10%
3
3
0
0%
3
3,3
0,3
30%
3
3,3
0,3
30%
0,6
3
3
3
3,15
0
0,15
0%
3
2,9
0,1
10%
3
3,3
0,3
30%
3
3,3
0,3
30%
0,8
3
3
2,9
2,975
0,1
0,075
10%
3
3,1
0,1
10%
3
3,1
0,1
10%
3
3,05
0,05
5%
0,8
3
3
3,05
3
0,05
0,05
5%
3
2,9
0,1
10%
3
3
0
0%
3
2,95
0,05
0%
1
3
3
3
3
0
0
0%
3
3
0
0%



8
3
3
0
0%
3
3
0
0%
1
3
3
3
3
0
0
0%
3
3
0
0%
3
3
0
0%
3
3
0
0%
Aquades 1
3
3
3,2
3,1
0,2 
0,1 
20% 
3
3
 0
 0%
3
3,2
 0,2
 20%
3
3
 0
 0%
Aquades 2
3
3
3
3,05
0
0,05
0%
3
3,2
0,2
20%
3
3,2
0,2
20%
3
3,1
0,1
10%

4.2 PEMBAHASAN
                        Pada percobaan ini kita akan menyelidiki bagaimana ukuran zat terlarut (kentang) dan konsentrasi molar larutan mempengaruhi proses difusi. Pertama-tama potong 4 kentang berbentuk silinder dengan ukuran yang sama yaitu 3 cm. Setelah itu masukkan kentang ke dalam larutan beaker dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,2 M ; 0,4 M ;  0.6 M ; 0,8 M ; 1 M dan terakhir masukkan ke dalam aquades masing-masing diamkan selama 10 menit.
            Setelah dimasukkan ke dalam larutan yang konsentrasimya 0,2 M dapat dilihat bahwa panjang ukuran kentang mengalami penambahan rata-rata 0,125 cm. Sebaliknya setelah dimasukkan ke dalam larutan dengan konsentrasi 0,4 M ukuran kentang menyusut menglami pengurangan panjang 0,2 cm. Dan pada konsentrasi 0,6 M ukuran kentang mengalami pertambahan panjang 0,15-0,20 cm.
            Pada konsentrasi 0,8 pertambahan panjang semakin kecil yaitu sekitar 0,05-0,75 cm. Namun saat Konsentrasi larutannya adalah 1 M ukuran kentang stabil dan tidak terjadi perubahan. Hal ini karena konsentrasi larutan beaker seimbang dengan konsentrasi larutan sitoplasma (isotonis)
            Setelah kentang dimasukkan ke dalam larutan beaker yang berisi aquades perubahan panjang terjadi sekitar 0,05-0,1 cm. Perubahan yang lebih kecil daripada larutan beaker dengan konsentrasi tertentu.




9
BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Pada percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi molar larutan akan mempengaruhi ukuran zat terlarut dalam proses difusi. Perubahan ukuran panjang zat terlarut sangat dipengaruhi dengan konsentrasi larutan beaker dan konsentrasi larutan sitoplasma sel. Pada sel kentang besar larutan beaker dan larutan sitoplasma sel akan mengalami keseimbangan pada saat konsentrasi larutan 1 M. Saat konsentrasi tersebut larutan bersifat isotonis.
5.2  Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber–sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.













10

DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri, Istamar. 2007. Biologi 2A untuk SMA/MA kelas XI Semester 1. Jakarta : Eelangga
http://www.softilmu.com/2014/08/pengertian-dan-macam-macam-transport-zat.html
















11